Griya Sakinah 7 - Problema Rumah Tangga dan Solusinya
Problema Rumah Tangga dan Solusinya
Pernikahan
merupakan suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan yang telah menginjak usia
dewasa ataupun dianggap telah dewasa dalam ikatan yang sakral (Marlina, 2013).
Dianggap sakral karena dalam pernikahan hubungan antara seorang laki-laki dan
perempuan menjadi sah secara agama (Dariyo, dalam Marlina, 2013). Menikah
merupakan titik awal dari kehidupan berkeluarga dan tujuan yang ditetapkan
dalam pernikahan akan berdampak pada kehidupan pernikahannya secara keseluruhan
(Manap, Kassim, Hoesni, Nen, Idris, & Ghazali 2013).
Sebuah pernikahan tidak akan terlepas dari tujuan untuk menjadi
keluarga yang bahagia dan mendapatkan keturunan di dalamnya. Tidak sedikit
mereka selalu ingin agar cepat mendapatkan anak dari pernikahan mereka. Namun
demikian, belum tentu hadirnya anak menjadi penentu bahwa mereka pasti bahagia
dalam pernikahannya.
Melihat fakta yang ada selama ini, banyak dari pasangan yang menikah
memiliki ekspektasi yang berbeda-beda dalam pernikahannya, dimana kondisi
seperti ini salah satunya juga dipengaruhi oleh cara adaptasi mereka dengan
pasangan, apalagi jika pernikahan itu masih terhitung bulan lamanya. Begitupun
dengan mereka yang sudah terhitung tahun, juga banyak yang mengalami masalah
dalam penyesuaiannya, yang perlahan-lahan akan menyesuaikan dengan polanya
masing-masing.
Permasalahan yang sering timbul di dalam sebuah pernikahan, diantaranya :
1. Perbedaan pendapat antara orang tua dan
anak
Hal ini berkaitan dengan bagaimana pasangan bisa memposisikan diri dalam
mengambil sebuah keputusan. Tidak jarang pasangan memiliki banyak
perbedaan pendapat dengan orang tuanya sehingga kondisi ini secara tidak
langsung berimbas pada hubungan antar pasangan. Dengan kondisi seperti ini
menjadikan kurang hangatnya suasana di dalam rumah tangga.
2. Masalah keuangan
Masalah keuangan juga bisa memicu datangnya masalah keluarga. Perbedaan
penghasilan yang dihasilkan oleh suami dan istri memicu masalah keuangan dalam
keluarga. Selain itu, masalah pengaturan keuangan juga bisa memicu masalah
keluarga. Perbedaan cara mengelola uang dan tertutup masalah kebutuhan,
seringkali memicu pertikaian dalam keluarga. Bagaimanapun butuh keterbukaan dan
kesepakatan dalam pengelolaan keuangan sehingga keduanya saling tahu hal-hal
apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi tuntutan ekonomi atau
keuangan di rumah tangganya.
3. Kurangnya kepercayaan atau rasa hormat
pada pasangan
Menghormati pasangan bukan berarti berhenti menghargai pendapat satu sama
lain. Menghormati pasangan juga berarti saling menjaga privasi dan memberikan
ruang untuk pasangan melakukan kegiatan atau hobi yang digemari.
Masing-masing tetap harus memahami perannya di dalam rumah tangga, dan tetap
bisa mendapatkan hak-haknya.
4. Perbedaan pola asuh anak
Mengasuh dan memberikan pendidikan bagi anak tidak selamanya berjalan
sesuai apa yang diinginkan. Sebab, sebagai seorang individu ,kita pasti
memiliki pandangan dan rencana tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik
sesuai dengan kemauan kita. Sebagai orang tua hendaknya bisa memberikan pola
pengasuhan yang konsisten antara keduanya, karena akan mempengaruhi tumbuh
kembang anak nantinya.
5. Kekerasan dalam rumah tangga
Tentunya tidak akan merasakan kenyamanan jika dalam pernikahan mengalami
pengalaman KDRT. Bagaimanapun akan berpotensi memunculkan dampak yang Panjang
di fase setelahnya, karena bisa mengakibatkan trauma. Bahkan kondisi ini akan
sangat berpengaruh pada pola pengasuhan yang kurang tepat dan bisa
memupuk seseorang untuk melakukan kekerasan saat ia berkeluarga.
6. Belum memiliki anak
Anak adalah anugerah sekaligus hadiah dalam sebuah pernikahan. Memiliki
momongan adalah mimpi hampir setiap pasangan yang sudah menikah. Masalah akan
menjadi semakin komplek ketika pasangan suami istri tersebut sudah lama
menikah dan anak belum juga hadir. Biasanya, suami istri akan saling
menyalahkan dan merasa melakukan tindakan yang paling benar, sehingga masalah
kehadiran anak juga kerap menjadi penyebab adanya masalah dalam sebuah
keluarga.
7. Intervensi Mertua
Memiliki orang tua lain dari pasanganmu terkadang tidak semudah mengurus
orang tua kandungmu. Sebab, orang tua pasanganmu cenderung menaruh banyak
harapan padamu, baik dari segi cara kamu membahagiakan pasanganmu yang bisa
berupa materi, perhatian, bahkan sampai ke masalah momongan dan bagaimana kamu
mengatur rumah tanggamu pun tidak luput dari perhatian mertua. Terkadang,
mertua yang terlalu ikut campur urusan rumah tangga anaknya memiliki tujuan
agar anak-anaknya memiliki kehidupan yang layak, meski terkadang membuat
anak-anaknya kurang nyaman.
8. Komunikasi.
Kesibukan masing-masing menyebabkan kamu dan pasanganmu menjadi jarang
berkomunikasi. Tak jarang, komunikasi juga bisa menjadi penyebab pertengkaran
dalam keluarga. Perlu menyepakati kapan ada waktu tersendiri untuk bisa
membicarakan hal-hal yang memang perlu di bicarakan antar pasangan. Perlu
masing-masing bersikap lebih bijak untuk mengendalikan ego atau emosi disaat
membahas konflik yang ada, sehingga bisa benar-benar menjadikan komunikasinya lebih
efektif.
Permasalahan dalam pernikahan bukan lagi menjadi sesuatu yang harus
disimpan dan ditutupi, karena bagaimanapun segala sesuatunya perlu diselesaikan
secara bijak. Keterbukaan, penerimaan terhadap pasangan sangatlah penting dan
menjadi kunci tercapainya sebuah tujuan yang sama di dalamnya. Oleh karena itu
jangan pernah menganggap remeh sebuah masalah, karena bisa jadi dampak yang
muncul juga semakin besar. Perjalanan hidup seseorang butuh proses, dan sampai
manapun semua bisa belajar untuk menentukan sikap terbaik untuk pernikahannya.
Sumber: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/107/problematika-pernikahan
Komentar
Posting Komentar